Sunday, April 23, 2017

, ,

Semester Dua: Motivasi yang terputus

Semester Satu. Masa meraba-raba, masa dimana kita penasaran dengan organisasi dan kegiatan pada saat kuliah, masa hampa karena banyak waktu kosong, masa dimana kita mengeksplorasi kemampuan kita sebagai mahasiswa semester satu.

Semester Dua. Kelanjutan dari Semester Satu. Masa dimana aku mempertanyakan "Kenapa aku ada disini? Apa motivasiku?". Masa aku menjalankan imbas dari semester satu.  Masa organisasi bisa sampai tiga akibat dari semangat mendaftar organisasi pada saat semester satu, padahal hanya daftar satu, tapi bisa sampai tiga. Tiga dari mana, Mel?

Semester dua.... belum selesai. Masa-masa dimana organisasi terlalu banyak menyita pikiran. Setidaknya that's the case for me. Aku terlalu fokus organisasi tapi aku masih bisa diselamatkan, karena pada pertengahan semester atau UTS ini aku sudah mulai merasa jera dan lelah.

Jera dan lelah karena aku tahu bahwa tujuanku disini bukan untuk organisasi tapi untuk kuliah. Kalau drop out, apa gunanya organisasi? Apakah mereka akan menyelematkan saya dari DO? Tidak. Yang ada, kata yang mereka keluar dari mulut mereka adalah "Sayang yah,"

Sebagai anak rantau yang tinggal lumayan jauh dari orang tua, kadang ketika merasa berat dengan kehidupan kuliah, aku hanya bisa bercerita dengan temanku, berbagi di sosial media (agak-agak berharap ada yang peka biasanya), sampai nulis diari pun kulakukan. Tapi in the end, semua effort itu tidak ada gunanya. Ujung-ujungnya aku disini tidak dapat berfungsi dengan baik. Disfungsional.

Malam ini juga, karena tidak tahan dengan ini semua, sampai-sampai bukan hanya motivasi yang terputus tetapi tubuh juga terasa lemas, aku memutuskan untuk mencoba menelepon anggota keluargaku. Mulai dari mama, papa dan akhirnya nenekku. Dan yang mengangkat (red, menelepon balik) adalah nenekku.

Just one call and I cried right away. Dan aku nangisnya begitu keras dan begitu lepas, sehingga aku tidak bisa berbicara dengan baik. Teman sekamarku yang sedang tidur pun jadi terusik. Gila benar, rasanya 5 menit straight aku nangisnya, aku nangis terisak-isak sampai bernafas pun susah.

Tapi dengan modal curhat aja (seperti yang kulakukan dengan teman-teman lain), aku merasa mendingan. Karena bukan cuman nenekku yang mendengar tetapi adikku juga. Adikku akhirnya menguasai hape nenekku, dan tidak seperti adik pada biasanya, menasehatiku. Agak keren juga kadang kalo adik bertindak jadi kakak pada situasi seperti ini. Hatiku dengan cepat menjadi ringan dan lihat, aku dapat berfungsi semestinya. Belajar. Atau menulis blog. 

- AL
Share:

0 comments:

Post a Comment