Thursday, September 19, 2019

,

Sebuah Pengamatan: " Sang Pemikir dan Filosofi Tumbuhannya"

Japanese Cherry Blossom. Courtesy of CandleScience

Sepanjang sejarah manusia, kita banyak menemukan perumpamaan terkait tumbuhan oleh para pemikir besar pada zamannya. Hal ini disebabkan sifat-sifat yang dimiliki oleh tumbuhan dapat dikaitkan dengan kehidupan manusia secara umum. Para pemikir ini memiliki satu kesamaan, yaitu mereka telah melakukan pengamatan terhadap tumbuhan sehingga mereka mengetahui ciri khasnya dan dapat membuat perumpamaan maupun filosofi dari tumbuhan tersebut. 

Salah satu filsuf dari India, Buddha Sidharta Gautama - guru bagi para umat Buddhis - pernah mengumpamakan karma yang dibuat oleh manusia layaknya benih sebuah tumbuhan. Bunyi khotbah sang Buddha pada saat itu adalah: 

“Sesuai dengan benih yang ditabur, demikian pulalah buah yang dituai. Pembuat kebajikan akan mendapatkan kebajikan, dan pembuat kejahatan akan menerima kejahatan pula. Tertaburlah olehmu biji-biji benih, dan engkau pulalah yang akan memetik buah-buah daripadanya.”

Karma sendiri merupakan hukum sebab akibat, yang artinya apabila seseorang berlaku, berpikir, dan berucap baik maka ia akan mendapatkan akibat yang baik pula, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, sang Buddha menggunakan perumpamaan benih atau biji tanaman yang merupakan asal usul dari sebuah tumbuhan. Ini menyimbolkan awal dari sebuah perbuatan baik ataupun buruk dan apabila perbuatan itu diteruskan maka kita pula yang akan memetik buah hasil perbuatan kita. Seperti tumbuhan yang tumbuh dari benih-benih apabila kita sirami air, beri matahari yang cukup dan merawatnya dengan baik maka tumbuhlah bunga atau buah daripadanya. Buah yang tumbuhpun tidak akan beda dengan benih yang telah ditanam, artinya apabila kita menanam biji jeruk maka biji tersebut akan tumbuh menjadi pohon jeruk dan seterusnya untuk tumbuhan lain. Pohon jeruk pun tidak akan pernah tumbuh dari benih lain selain benih jeruk, ia tidak akan datang dari benih buah apel, stroberi, dll.

Ada juga sebuah istilah dari Jepang yang menggunakan perumpamaan dari tumbuhan yaitu, “oubaitori” (桜梅桃李) yang merupakan karakter kanji untuk empat bunga yang umumnya tumbuh pada saat musim semi di Jepang yaitu pohon sakura, pohon plum, pohon peach dan pohon apricot. Keempat pohon bunga ini memiliki perbedaan pada musim puncak mekar, bentuk petal, warna dan cara bunga tersebut melekat pada cabang pohonnya. Makna dari empat karakter ini adalah manusia tidak semestinya membandingkan dirinya dengan yang lain namun sebaliknya harusnya menghargai sifat unik yang dimiliki masing-masing manusia. Ini adalah pengingat yang indah bahwa seperti bunga, kita mekar di waktu kita sendiri dan tidak usah terburu-buru karena kita masing-masing hidup di zona waktu kita sendiri. 

Masih ada banyak lagi istilah maupun pemikiran-pemikiran yang menggunakan tumbuhan untuk menjelaskan mengenai kehidupan manusia dan segala isinya. Bahkan kitapun dapat membuat perumpamaan yang mengkaitkan kehidupan kita dengan tumbuhan apabila kita telah melakukan pengamatan terhadap sifat-sifat yang dimiliki oleh tumbuhan. Tidak hanya tumbuhan, ada banyak sekali fenomena di alam ini yang sering digunakan untuk menggambarkan kehidupan manusia dan mempermudah pemahaman kita mengenai cara kerja dunia ini melalui sesuatu yang dapat kita amati sehari-hari. 

Karena manusia adalah sang pemikir yang mampu menginterpretasi fenomena yang terjadi disekitarnya dengan cara mereka masing-masing.



(AL)

PS. Awal ditulisnya opini ini berawal dari tugas blog "Pemodelan Fisiologi" yang lambat laun berubah menjadi "Pemodelan Filosofis". Karena saya sangat menikmati dalam menulis tugas ini maka saya memutuskan untuk tidak hanya menjadikan ini "tugas" namun sebuah artikel yang biasa saya tulis di blog. Cheers!


Share:

0 comments:

Post a Comment