"Amelia, Kamu terlalu fokus kepada orang lain. Fokusmu itu salah."
...
...
...
...
Begitulah ucapan ayahku melalui telepon kemarin. Dan itu memang benar. Aku sadar bahwa percakapanku dengan ayahku adalah mengenai bagaimana orang lain bisa melakukan hal ini dan itu sedangkan aku tidak bisa. Membandingkan diriku sendiri dengan orang lain tidak bisa dielakkan apalagi dengan perasaan iri?
Aku juga sadar bahwa aku jarang sekali mengucapkan kata aku atau saya. Tetapi lebih sering mengatakan kata kamu, dia, mereka, kalian dan kata ganti orang kedua maupun ketiga yang lainnya. Memang benar kita kadang gak tahan untuk melirik ke orang lain, melihat keadaan mereka. Gak mau munafik juga, terkadang aku sendiri melirik temanku dan tanpa sadar men-judge maupun melihat apakah keadaan mereka lebih baik dari kita atau tidak. Hal tersebut kadang gak bisa ku kontrol, apalagi dengan kebiasaan yang telah tertanam sejak kecil dimana orang tua kita membandingkan kita dengan orang lain.
Niat orang tua kita mungkin baik, maunya anak mereka dapat termotivasi untuk melakukan yang terbaik. Dan itu yang aku kembalikan ke ayahku, bahwa hal ini terjadi karena ayahku sering membandingkanku dengan orang lain. Akhirnya ayahku membalas bahwa memang dia sering membandingkan, tetapi maksudnya adalah agar aku bisa melihat bahwa jika orang tersebut bisa mencapai hasil yang lebih baik dari aku maka itu berarti pencapaian tersebut bukanlah hal yang tidak mungkin.
Dan walaupun aku sudah tidak ingat persis percakapan aku dengan ayahku, inti yang bisa saya dapat adalah ketika temanku bisa mendapatkan hasil tersebut dengan caranya, bukan berarti saya harus mengikuti caranya untuk mendapatkan hasil yang saya inginkan. Itulah mengapa aku melirik ke mereka. Itulah mengapa aku tidak berhenti berkata dia, dia dan dia atau mereka, mereka dan mereka.
Karena ketika cara mereka tidak cocok dengan kita lalu kita men-judge dan berkomentar. Yah.. buat apa? Mereka tidak peduli dan akan terus fokus dengan tujuan ataupun hasil yang mereka inginkan. Toh, aku bukanlah dia dan dia bukanlah aku. Kita semua orang unik dengan kemampuan yang kita miliki sendiri. Maka, sekali lagi, Amelia, fokus. Tetapi fokuslah ke dirimu or the bigger picture bukan ke detail hidup orang lain. Kenapa harus kepo ngurusin urusan orang lain? Kalo sendiri masih belum beres.
Sekian dari saya, it's 00.01 dan aku merasa sedang ngelantur bebas.
-AL
0 comments:
Post a Comment